Selasa, 21 April 2015

Antara aku kamu dan Dia


Oleh : Cicilia Wulan Hari itu… di sebuah Rumah Sakit terlihat seorang Bapak yang tengah mondar-mandir di depan ruang bersalin “ Tolong istriku ya Tuhan.” Pikirnya Kemudian terdengar suara tangis bayi, bersamaan dengan itu seorang Dokter keluar dari ruang bersalin “ Selamat ya Pak… anaknya kembar… dua-duanya sehat.” “ Makasih banyak Dok.” Bapak itu kemudian masuk ke kamar istrinya “ Anak kita kembar Pa,cowok semua.” Dua orang perawat membawa kedua bayi itu ke ruangan dan meletakannya dalam sebuah books bayi “ Kita kasih nama siapa ya ?” “ Gimana kalau kita kasih nama Vicky sama Vicko ?” “ Jelek ah.” “ Terus siapa dong ?” “ Kalau Kiandra sama Ferdinand gimana ?ntar kita panggil Kian sama Dinand.” “ Wah mama setuju Pa.” Tahun demi tahun pun berlalu, Kiandra dan Ferdinand telah dewasa,mereka kuliah di kampus yang sama, tapi berbeda jurusan “ Kian… lo ada acara nggak hari ini ?” tanya Dinand “ Kayaknya gue ada latihan basket hari ini,emang kenapa ?” “ Ini tadi mama sms gue… katanya sih minta dianterin ke acara reuni.” “ Kenapa nggak lo aja yang nganter ?” tanya Kian “ Gue juga ada latihan futsal, hm… gimana ya ?” “ Gimana kalau gue aja yang nganterin ?” terdengar suara cewek “ Aqila… lo serius ?” “ Ya iya lah… kasihan nyokap kalian,nggak ada yang nganterin.” Kata Aqila Aqila adalah sahabat Kian dan Dinand sedari SMP, Kian dan Dinand memang memiliki bakat yang berbeda… Kian hobi basket dan fotografi… sedangkan Dinand hobi futsal dan ngeband “ Ya udah kalau gitu,gue cabut ke lapangan futsal dulu.” Dinand cabut duluan,Kian pun juga cabut ke lapangan basket Keesokan harinya,saat jam istirahat,Aqila, Kian dan Dinand nongkrong di taman “ Ke kantin yuk.” Ajak Aqila “ Tapi gue lagi nggak ada duit nih, jatah bulanan gue udah habis.” Kata Dinand “ Lo tenang aja, ntar gue yang bayarin kok,kebetulan kemarin gue dapet duit tambahan dari Tante gue, kemarin gue bantuin Tante bikin kue.” Kata Aqila “ Lo hati- hati kalau bikin,ntar kuenya gosong kaya kemarin… hehehe.” Ledek Kian “ Apaan sih, udah… langsung ke kantin aja yuk.” Mereka bertiga menuju ke kantin, nggak lama kemudian… makanan yang mereka pesan datang “ Wah, gue udah laper banget nih.” Kian berusaha mencomot sepotong daging, lalu Aqila mencubit tangan Kian “ Aqila… lo apa-apaan sih ? sakit tahu.” “ Habis lo jorok banget sih,udah ada sendok, masih aja pakai tangan.” “ Iya… sori… gue udah lapar banget soalnya.” “ Udah… nggak usah ribut, kita makan aja yuk.” Ajak Dinand Setelah itu mereka kembali ke kelas masing-masing untuk mengikuti kuliah, ketika kuliah tengah berlangsung,tiba-tiba Kian merasa pusing dan mual,dia segera minta izin untuk ke kamar mandi,saat dia bercermin di kaca wastafel,terlihat ada darah yang keluar dari hidungnya, Kian langsung membersihkannya dan segera kembali ke kelas “ Kian… kamu kenapa ? muka kamu kok pucat banget,kamu sakit ?” tanya Aqila “ Aku nggak apa-apa kok.” Kata Kian “ Beneran kamu nggak apa-apa ? muka kamu pucat banget loh.” “ Aqila… aku kan udah bilang, aku nggak apa-apa kok, kamu nggak usah mengkhawatirkan aku… udah kamu tenang aja ya.” “ Tapi Kian, aku…” Kata Aqila Kian kembali ke tempat duduknya “ Lo kenapa ?” tanya temannya “ Nggak apa-apa kok.” “ Mending lo istirahat di klinik aja, gue tahu kalau lo itu lagi sakit.” Saran temannya “ Nggak usah lah… Cuma penyakit masuk angin biasa kok,mungkin gue kecapekan kali,secara lo kan juga tahu kalau kegiatan gue itu banyak banget.” Jawab Kian “ Ya udah lah… terserah lo kalau gitu… kalau lo nggak kuat… lo bilang aja ke dosen.” “ Kian… kamu bisa bantu saya buat menjawab pertanyaan di depan ?” tanya Dosen “ Bisa Pak.” Kian maju ke depan untuk menjawab pertanyaan, saat berjalan ke depan,dia merasa badannya lemas dan dia pingsan “ Kiaan…!!!” teman-temannya berteriak histeris “ Tolong kalian panggilkan kembarannya Kian di kelas sebelah.” Kata dosen Mereka pun memanggil Dinand “ Kian, ini gue Dinand, lo bangun dong.” Dinand berusaha membangunkan Kian “ Gimana Dinand ? Kian masih belum sadar juga ?” “ Mending kita bawa dia ke Rumah Sakit, saya takut kalau terjadi apa-apa sama Kian.” Kata Dinand Mereka segera membawa Kian ke Rumah Sakit,beberapa saat kemudian Dokter keluar dan menghampiri Dinand “ Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu,ini mengenai kondisi Kian.” Dokter mengajak Dinand ke ruangannya “ Ini mengenai penyakit yang diderita oleh Kian.” Kata Dokter “ Emangnya Kian sakit apa Dok ?” “ Berdasarkan ciri-ciri yang dialaminya,dia menderita penyakit meningitis, Kian meminta saya untuk menceritakannya ke kamu,tapi kamu harus merahasiakannya,jangan ada orang lain yang tahu,termasuk mama kalian.” “ Kian kenapa Din ?” tanya Aqila “ Kian nggak apa-apa, dia Cuma kecapekkan aja.” Sementara itu… perlahan-lahan mata Kian mulai terbuka,matanya menatap kesana-kemari,di lihatnya ruangan itu serba putih,dia mengerti kalau dia ada di Rumah Sakit “ Lo udah sadar ?” tanya Dinand “ Apa yang terjadi sama gue ? perasaan tadi gue ada di kampus,kenapa sekarang gue ada di Rumah Sakit ?” “ Lo tadi pingsan,gue sama teman – teman yang bawa lo kesini.” “ Iya nak, kenapa kamu bisa pingsan ?” tanya mamanya “ Kian sendiri juga nggak tahu ma, tahu-tahu Kian udah ada disini.” Jawab Kian “ Gimana kondisi kamu ?” tanya Aqila “ Udah agak mendingan sih daripada tadi.” “ Kamu sih kalau udah latihan nggak tahu waktu,jadinya kaya gini deh.” “ Iya tuh… lo emang kalau udah latihan jadi lupa segalanya,lupa mandi,lupa makan,lupa kerja tugas.. hehehe.” Ledek Dinand “ Udah… mending sekarang kamu makan, itu makanannya udah disediakan.” Kata Mamanya “ Aku suapin ya.” Kata Aqila Tanpa sengaja Dinand melihat kemesraan Aqila dan Kian,dalam hatinya timbul rasa cemburu “ Gue emang nggak kaya lo Ki,lo cakep,pintar dan populer, sedangkan gue....” Pikir Dinand “ Aku pengen jalan-jalan, aku bosen disini terus… kamu mau nggak nemenin aku jalan-jalan.” “ Hmm… boleh… tapi kita ke taman belakang aja ya.” “Qi… aku pengen ngomong sesuatu sama kamu.” “ Kamu mau ngomong apa ?” “ Aku sayang sama kamu… aku udah memendam perasaan ini sedari kita SMP,tapi waktu itu kamu masih punya cowok,tapi kalau kamu nggak suka sama aku kamu boleh tolak cinta aku.” Kata Kian,kemudian Kian memegang tangan Aqilla,diletakannya tangan Aqila ke dadanya “ Selama jantung ini masih berdetak,selama nafas masih berhembus,aku akan berusaha untuk menjaga kamu,sekalipun aku harus kehilangan nyawaku.” Kata Kian “ Tapi… entah kenapa rasanya perasaan aku bilang… kalau kamu bakalan ninggalin aku,jangan pergi Kian, aku nggak mau kamu pergi.” Aqila memeluk Kian Dinand melihat Aqila dan Kian berpelukan, Dinand memilih untuk pergi “ Dinand ? kamu ngapain disini ?” tanya Aqila “ Eh kamu Qi,nggak… aku nggak ngapa-ngapain kok.” “ Tadi Kian bilang kalau aku pulangnya bareng sama kamu aja.” Kata Aqila “ Oh ya udah… kalau gitu aku anterin kamu pulang sekarang ya… keburu hujan… tuh lihat deh mendungnya gelap banget.” Kata Dinand Dinand mengantar Aqila sampai ke depan pintu gerbang rumahnya,setelah itu dia kembali ke Rumah Sakit “ Gue udah jadian sama Aqilla.” Kata Kian “ Oh gitu.” “ Lo kenapa sih ? ekspresi muka lo datar banget tahu nggak Kian sudah diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit, sekarang dia pun sudah bisa beraktifitas seperti biasannya,ketika akan menuju ke lapangan basket,dilihatnya Aqila dan Dinand lagi berduaan di sudut lapangan,dia menarik lengan Aqila dengan kasar “ Lo kalem dikit sama cewek bisa nggak sih ?” tanya Dinand “ Lo bisa diam nggak ? lo itu kurang ajar banget… udah tahu kalau Aqila itu udah jadian sama gue, masih aja lo ajak berduaan di sudut lapangan.” “ Gue nggak bermaksud ngerebut Aqila dari lo Ki,lo itu saudara kembar gue,gue nggak mungkin melakukan itu !!!” bentak Dinand “ Lo juga,lo itu pacar gue… kenapa lo mau diajakin berduaan sama dia ? jawab pertanyaan gue !!!” Kian membentak Aqila “ Gue nggak ngapa-ngapain sama Dinand Ki… gue mohon lo percaya sama gue.” “ Kalau lo nggak ngapa-ngapain, kenapa lo berdua di sudut lapangan yang sepi ?” Hujan deras pun mulai turun, mereka bertiga masih ada di lapangan basket “ Gue sayang sama lo.” “ Sayang ??? lo bilang lo sayang sama gue… tapi kenyataannya lo duduk berduaan sama Dinand, gue nggak percaya sama lo.” Kian merasakan rasa sakit di kepalanya, darah kembali keluar dari hidungnya,matanya berkunang-kunang,dia pingsan seketika “ Kiannn !!!” teriak Aqila dan Dinand “ Kian kamu kenapa ? bangun sayang.” Aqilla menepuk-nepuk pipi Kian agar dia bangun “ Kita bawa dia ke Rumah Sakit Qi.” Kata Dinand.Dinand berusaha menghubungi ambulance “ Sialan… nggak ada sinyal lagi.” Umpat Dinand “ Kamu udah dapat ambulancenya ?” tanya Aqila “ Aku nggak dapat,tadi sinyal hp aku mati,kita pakai mobil aku aja.” Kian menggigil kedinginan, Aqila menempelkan beberapa jaket ke badan Kian “ Sabar Kian… sebentar lagi kita sampai Di Rumah Sakit.” Setibanya di Rumah Sakit,perawat langsung membawa Kian ke ruang tindakan “ Maaf Mbak,Mas silahkan menunggu di luar.” Kata perawat sambil menutup pintu ruangan Beberapa saat kemudian Dokter keluar “ Gimana kondisi Kian Dok ?” tanya Mama Kian yang jua ada di Rumah Sakit “ Kondisi Kian sangat lemah dia mengalami hipotermia, dan dia sangat membutuhkan penanganan intensif di ruang ICCU.” “ Apa kita boleh masuk ke ruang ICCU Dok ?” tanya Aqila “ Boleh… tapi kalian harus mengenakan baju khusus yang telah disediakan.” Begitu masuk ke ruang ICCU, mata Aqila dihadapkan kepada pemandangan yang cukup memilukan, Kian terbaring koma dan nggak berdaya dengan alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya,hidup Kian sangat tergantung dengan alat-alat itu “ Sebenernya Kian sakit apa Din ?” tanya Aqila Dinand hanya terdiam seribu bahasa “ Kenapa kamu diam aja ? jawab pertanyaan aku ?” “ Sebenarnya Kian udah melarang aku buat ngasih tahu tentang penyakitnya… tapi… aku terpaksa harus mengatakannya.” Dinand terdiam sejenak “ Kian menderita penyakit meningitis.” Tubuh Aqila langsung lemas,kedua kakinya serasa nggak mampu menahan berat tubuhnya,dia terduduk di samping tempat tidur Kian “ Kamu jahat Kian… kenapa kamu menyembunyikan semua ini dari aku ?” Aqila memegang tangan Kian, lalu menempelkannya ke dadanya,persis seperti apa yang pernah dilakukan Kian beberapa waktu yang lalu “ Kamu harus sembuh Kian.” Kata Aqila Matahari pun kini telah beranjak dari peraduannya,senja pun mulai tiba “ Aqila,malam ini biar tante yang jaga disini,kamu pulang aja.” Kata mama Kian “ Nggak apa-apa tante… biar Aqila aja yang jaga,Aqila nggak tega kalau ninggalin Kian.” “ Ya udah kalau gitu.” Mama Kian meninggalkan ruangan “ Nggak ada kamu rasanya sepi sayang,aku kangen dengerin suara kamu,aku jadi ingat waktu aku sakit dulu,waktu itu kamu belai rambut aku.” Kata Aqila Cemburu… yah… itulah perasaan yang dirasakan oleh Dinand saat ini, karena dengan kondisi Kian saat ini otomatis,Aqila mencurahkan segala perhatiannya ke Kian “ Sebenarnya perasaan gue sakit waktu lihat kalian, tapi mau gimana lagi,gue nggak tahu apa yang harus gue lakukan.” Pikir Dinand “ Lo cabut aja semua peralatan di tubuh Kian,dengan gitu dia akan mati dan lo bisa memiliki Aqila.” Setan dalam hati Dinand ikut bicara Dinand masuk ke ruang ICCU,dia mencoba mencabut alat medis di tubuh Kian “ Gue nggak bisa melakukannya… Kian itu kakak kembar gue,gue nggak mungkin membunuh dia.” Gumam Dinand “ Dinand… kamu melamun ya ?” tanya Aqila,tapi Dinand nggak menjawabnya “ Dinand… kamu lihat aku nggak sih ? haloo.” “ Oh sori,aku nggak lihat tadi.” “ Kamu kenapa sih ? aku perhatiin dari tadi kamu melamun terus.” “ Aku nggak apa-apa Qi.” “ Kamu udah makan belum ? nih aku bawa nasi ayam,kamu makan ya.” “ Nggak usah… aku belum lapar kok.” “ Kamu boleh mikirin kondisinya Kian,tapi kamu juga harus mikirin kondisi kesehatan kamu juga,ntar kalau kamu juga sakit kan aku juga yang repot.” “ Ya udah deh, aku makan dulu ya.”Dinand keluar “ Sepertinya mama harus membawa Kian berobat ke luar negeri.” Dinand masuk ke ruang ICCU,dia menatap sang kakak yang tengah berjuang melawan penyakitnya “ Lo pasti sembuh,gue inget kalau lo pernah bilang, jangan kalah sama penyakit,lo kuat Kian,gue tahu itu, lo harus berjuang, gue janji,kalau lo sembuh,kita main futsal lagi.” Kata Dinand “ Dinand bener… kamu harus sembuh, demi aku sayang.” Aqila membelai rambut Kian Nggak lama kemudian Dokter masuk dan melakukan pemeriksaan rutin terhadap Kian “ Gimana kondisi kakak saya Dok ? apa ada perkembangan ?” tanya Dinand “ Kondisi Kian semakin memburuk Dinand… kalian harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.” Kata Dokter “ Aku nggak tega lihat kondisi Kian Din.” Kata Aqila “ Aku juga… walaupun aku sering berantem sama dia… tapi aku nggak mau kehilangan dia.” Kata Dinand Aqila masuk ke ruang ICCU “ Sayang… kalau kamu emang mau pergi… aku ikhlas… aku nggak mau kamu menderita seperti ini.” Kemudian Aqila mencium kening Kian, Dinand melihat hal itu,rasa cemburu terpancar dari wajahnya,namun ternyata ciuman itu menjadi ciuman terakhir Aqila ke Kian,karena sesaat kemudian,Kian menghembuskan nafas terakhirnya,akibat pembuluh darah di otaknya pecah Hujan deras pun mewarnai proses pemakaman Kian,pemakaman itu dihadiri oleh sahabat dan keluarga Kian, saat peti jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat, Aqila nggak bisa menahan tangisnya “ Jangan nangis Aqila… ikhlaskan Kian,dia udah nggak sakit lagi,dia udah bahagia.” Beberapa hari kemudian,setelah Kian meninggal, Dinand menemukan sebuah surat,surat itu ditujukan padanya,dia pun membacanya, di surat itu Kian menuliskan agar Dinand menjaga Aqila “ Lo harus jagain Aqila,jangan bikin dia nangis, karena gue nggak mau lihat dia nangis lagi.” “ Gue janji Kian, gue akan jagain Aqila… apapun yang terjadi, ini gue lakukan buat lo… karena lo adalah saudara dan sahabat buat gue.”