Kamis, 06 April 2017

Senyum Terakhir Untuk Kekasih

 Seorang pria muda tampak terbaring lemah di atas sebuah ranjang Rumah Sakit,disebelahnya terlihat seorang wanita paruh baya yang tengah menjaganya, tak lama kemudian pria itu sadar, matanya memandang kesana-kemari
" Renji... syukurlah kamu sudah sadar nak." Kata wanita itu
" Nadila mana ma ? Renji ingin bertemu Nadila ma."
Wanita itu terdiam sejenak
" Kenapa mama diam ?"
Wanita itu kemudian menunjukkan sebuah foto kepada sang anak
" Nggak mungkin ma,ini nggak mungkin,Nadila nggak mungkin menikah sama orang lain selain Renji ma."
"Renji... tenang nak,tenang sayang,kamu harus bisa menerima kenyataan,Nadila itu bukan jodohmu nak." Mamanya berusaha menenangkan
Renji benar-benar tidak bisa menerima kenyataan kalau Nadila,kekasihnya ternyata lebih memilih menikah sama cowok lain,Renji memilih keluar dari kamar inapnya,dia berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit, dia menuju ke bagian atap Rumah Sakit,sepertinya dia mencoba untuk bunuh diri
" Jangan lakukan perbuatan itu, bunuh diri itu dosa!!!" Teriak seorang perawat
Renji tak mempedulikan teriakan perawat itu,dia mulai mencoba untuk bunuh diri, namun kepalanya terasa pusing,dia pun jatuh pingsan
" Bagaimana kondisi Renji Dok ?" Tanya mamanya
" Renji baik-baik saja,sebentar lagi dia akan sadar." Kata Dokter
Seorang perawat kemudian mengecek kondisi Renji, saat itulah Renji mulai tersadar
" Eh sudah bangun ya." Sapa perawat muda itu dengan ramah
" Suster bukannya yang tadi teriak waktu aku berusaha bunuh diri kan ?" Tanya Renji
" Iya, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu,sehingga kamu memutuskan untuk bunuh diri ?"
" Aku frustasi,kekasihku ternyata telah meninggalkanku,dia memilih untuk menikah dengan pria lain,padahal aku sangat mencintainya." Jawab Renji
" Kamu harus sabar ya,mungkin dia bukan jodohmu."
Keesokan harinya,mama Renji menemui Dokter yang menangani putranya itu
" Kondisi Renji sudah sangat mengkhawatirkan Bu,kalaupun dilakukan operasi, kecil kemungkinannya kalau Renji akan sembuh." Kata Dokter
Dengan langkah lemas wanita itu meninggalkan ruangan Dokter,hatinya terasa sangat hancur ketika mengetahui kondisi putra semata wayangnya
" Mama kenapa nangis." Suara Renji membuyarkan lamunannya
" Nggak,nggak apa-apa kok sayang,mata mama kemasukan debu." Mamanya berusaha menyembunyikan kondisi Renji yang sebenarnya
" Renji tahu,ini pasti tentang kondisi Renji kan ma ? mungkin... karena itu juga lah yang membuat Nadila lebih memilih untuk meninggalkan Renji." Kata Renji
" Selamat pagi." Sapa Perawat
" Eh pagi juga Suster." Jawab Renji
" Bagaimana kondisimu hari ini ?"
" Udah agak mendingan kok"
Hari demi hari pun berlalu, sejak pertemuannya dengan perawat muda itu, Renji merasakan sesuatu yang berbeda, dia ingin mengenal perawat itu
" Nah,pemeriksaan rutinnya sudah selesai,saya keluar dulu ya."
" Tunggu, kita belum berkenalan,namaku Renji."
" Saya Stevani,tapi biasa dipanggil Stevi." Kata Perawat cantik itu
" Hmm... nama yang cantik,secantik orangnya."Puji Renji
Disisi lain,Stevi pun juga merasakan hal yang sama seperti Renji,dia penasaran akan sosok cowok ganteng itu,dia pun menanyakan tentang Renji ke Mitha,sahabatnya
" Mitha,kamu tahu pasien yang ada di ruang 105 nggak ?"
" Oh itu,ya jelas aku tahu lah Stev,pasien itu namannya Renji,dia adalah seorang pemuda blasteran Indonesia-Jepang, dia kan pasiennya Dokter Naura,memangnya kenapa ?" Tanya Mitha
" Nggak apa-apa sih... tadi dia mengajakku berkenalan." Kata Stevi
" Apa ??? dia ngajak kamu kenalan ??? duh beruntung banget kamu Stev,dia itu pasien terganteng yang ada di Rumah Sakit ini."
Hari ini adalah jadwal pemeriksaan rutin untuk Renji, Stevi segera menuju ke ruang 105, dia kaget waktu melihat Renji tak berada di kamar inapnya,ternyata Renji sedang bermain gitar di taman belakang Rumah Sakit
" Hmm... ternyata kamu ada disini,pantas... dicari di kamar nggak ada." Kata Stevi
"Iya Suster,aku bosan di kamar terus." Kata Renji
" Jangan panggil aku Suster,panggil aku Stevi aja deh,oh iya kamu suka banget main gitar ya ?"
" Iya Suster,eh maksud aku Stevi,iya, dulu waktu kuliah,aku sempat bergabung dengan sebuah band,sebelum penyakit itu menghancurkan seluruh impianku." Kata Renji
" Kamu sakit apa Ren ?" Tanya Stevi
" Aku kena kanker otak Stev,penyakit itu telah menghancurkan seluruh hidupku." Kata Renji
" Kamu jangan menyerah dengan penyakitmu Ren,aku yakin kamu pasti sembuh." Stevi menguatkan Renji
" Makasih banyak Stev,betapa beruntungnya seorang lelaki yang  memiliki kekasih sepertimu,tak seperti kekasihku yang meninggalkan aku dan lebih memilih menikah dengan laki-laki lain
" Mungkin dia bukan jodohmu Ren,percayalah,di luar sana masih banyak wanita yang bisa mencintaimu lebih dari kekasihmu itu." Kata Stevi
" Iya Stev,tapi... seandainya wanita itu adalah kamu, apakah kamu mau menerimaku  dengan kondisiku yang seperti ini ?" Tanya Renji
" Aku menerima kamu apa adanya, aku ikhlas menerima kondisimu." Jawab Stevi dengan mantap
" Benarkah itu ???" Tanya Renji
" Iya sayang,aku serius." Kata Stevi
 Mereka pun resmi menjadi sepasang kekasih,dan mereka sering sekali menghabiskan waktu bersama
" Suster Stevi kemana ya Dok ? kok hari ini saya nggak melihatnya."
" Saya juga tidak tahu Ren,mungkin dia sedang libur,saya tinggal dulu ya." Kata Dokter Naura
" Kemana ya Stevi ?" Pikir Renji
Tak lama kemudian,terdengar suara langkah kaki,sepertinya itu suara langkah kaki Stevi
" Hai Ren,kamu pasti sudah menungguku kan,oh iya ini aku bawakan bubur,bubur ini aku masak sendiri loh." Kata Stevi
" Siapa dia Ren ?" Tanya Mamanya
" Ini Stevi ma,Stevi ini adalah salah satu perawat di Rumah Sakit ini,nah,Stevi ini cewek yang sering Renji ceritakan ke mama,gimana... cantik nggak ma ?" Tanya Renji
" Iya... Stevi cantik sekali." Kata Mama Renji sambil tersenyum
Penampilan Stevi hari itu benar-benar berbeda, dia menggunakan t-shirt warna pink,dan rambut indahnya dibiarkan tergerai begitu saja
" Kamu cantik kalau pakai pakaian seperti itu." Puji Renji
" Ren,mama tinggal dulu ya." Mama Renji berjalan ke luar ruangan
" Sayang,kamu udah makan belum ?" Tanya
" Belum sayang." Jawab Renji
" Aku suapin ya."
Dari balik jendela ruangan,mama Renji melihat Stevi yang begitu perhatian terhadap putranya itu, beliau pun tersenyum lega melihatnya
" Sayang... aku ingin sekali jalan-jalan,aku bosen disini terus,kamu bisa kan membawaku berjalan-jalan ?" Kata Renji
" Memangnya kamu mau jalan-jalan kemana ? aku takut kalau Dokter tidak memberikan izin untuk mengajakmu berjalan-jalan." Kata Stevi
" Nggak apa-apa sayang,aku sudah dapat izin dari Dokter kok."
Stevi dan Renji pun berjalan-jalan ke sebuah Taman Hiburan,disana mereka menaiki semua wahana permainan yang ada,mereka juga menyempatkan berfoto saat menaiki wahana itu, Renji memperlihatkan hasil fotonya
" Aku ingin memberikan senyum terakhirku untuk kamu, sebelum aku pergi." Kata Renji
"Kamu ini bicara apa sayang ? jangan berbicara seperti itu."
Setelah puas berjalan-jalan mereka kembali ke Rumah Sakit,Renji terlihat beberapa kali memegangi kepalanya,terlihat darah mengalir dari hidungnya,Stevi mengambil tissu dan membersihkan darah di hidung Renji
" Kamu mau kemana ?" Tanya Renji
" Aku dipanggil sama Dokter,kamu istirahat aja dulu." Kata Stevi
Stevi menutup pintu kamar Renji,dia berjalan menuju ke lobby Rumah Sakit,saat dia masih berada di depan taman,tiba-tiba Mitha menghampirinya
" Stev,Renji Stev." Kata Mitha
" Iya Mit,Renji kenapa ?" Tanya Stevi
" Renji kritis Stev,dan Dokter Naura sudah membawanya ke ruang ICU." Kata Mitha
Mitha kemudian mengajak Stevi ke ruang ICU, disana terlihat Renji yang tengah terbaring tak berdaya dengan beberapa peralatan medis yang terpasang di tubuhnya,melihat hal itu Stevi langsung masuk ke ruang ICU
" Apa yang terjadi denganmu sayang ? kenapa kamu bisa jadi seperti ini ?"
" Yang sabar Stev." Kata Mitha
Stevi pun menangis,dia tak tega melihat kondisi Renji sekarang,dia menghubungi mama Renji,dan mamanya pun segera menuju ke Rumah Sakit
" Gimana kondisi Renji Stev ?" Tanya Mama Renji
" Renji koma Tante." Kata Stevi
" Apa ??? Renji koma ???"
" Iya Tante,maafkan Stevi,Stevi nggak bisa menjaga Renji." Kata Stevi
" Nggak sayang,ini bukan salah kamu,Renji ada dimana sekarang ?" Tanya Mama Renji
Stevi mengantar mama Renji ke ruang ICU,saat berada di ruang ICU,mama Renji tak kuasa menahan tangis ketika melihat kondisi Renji
" Kamu harus sadar ya nak."
Bulan demi bulan pun telah berlalu, kondisi Renji masih tetap sama,dia belum menunjukkan tanda kalau dia akan segera sadar
" Ibu harus siap dengan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi,karena kondisi Renji semakin lemah." Kata Dokter Naura
Stevi masuk ke dalam ruang ICU,dia duduk di samping tempat tidur Renji
" Kamu harus bangun sayang,demi aku dan cinta kita,aku yakin kamu pasti bisa sembuh." Stevi membelai rambut Renji
Kondisi Renji semakin memburuk,Dokter menyarankan agar semua alat bantu di tubuhnya segera dilepas, karena tak ada perkembangan dari kondisinya
Seminggu kemudian Renji berulang tahun,Stevi dan Mama Renji pun merayakan ulang tahun Renji,mereka merayakannya di Rumah Sakit
" Selamat ulang tahun sayang."
Beberapa jam kemudian,kondisi Renji kembali drop,Dokter pun segera memeriksa keadaan Renji
" Tekanan darahnya menurun Dok."
Perawat pun menaikkan kadar oksigen dan mengecek selang infus di tangan Renji,mereka berusaha menyelamatkan nyawa Renji,tapi sayang,nyawa Renji tidak tertolong lagi
" Gimana kondisi Renji Dok ?" Tanya Stevi
" Maaf Stevi,kami tak bisa menyelamatkan Renji,dia sudah tiada." Kata Dokter
" Nggak,nggak mungkin,Renji nggak mungkin meninggal!!!" Stevi berteriak histeris
Stevi menuju ke kamar jenazah,dibukanya kain yang menutupi tubuh Renji yang telah terbujur kaku,Stevi menangis,dia tak bisa menerima kenyataan kalau kekasihnya telah tiada
Hujan deras pun turut mengiringi pemakaman Renji,tangis Stevi pun semakin menjadi saat peti jenazah mulai diturunkan ke liang lahat
" Sudah Stev,kamu harus ikhlas." Kata Mitha
" Iya Mit." Kata Stevi
Memang berat rasanya ketika Stevi harus melepas kepergian Renji,tapi dia berusaha untuk ikhlas menerimanya,agar Renji bisa bahagia disana